Jika sahabat wisata muslim sedang berkunjung ke negeri matahari
terbit, Jepang, jangan lupa untuk menyempatkan diri mampir ke Masjid Kobe.
Masjid tertua di Jepang ini merupakan masjid pertama yang dibangun pada
tahun 1928 di kawasan paling terkenal di Kobe, Nakayamate Dori,
Chuo-ku. Masjid ini berdiri sangat kokoh dan anggun di antara
bangunan-bangunan berarsitektur Eropa lainnya. Hal ini bisa dilihat dari
kubah besar dan dua buah menara kembar di sampingnya.
Asal-usul Masjid Kobe
Masjid
di Jepang, siapa pendirinya, ya? Memang, wajar jika sahabat wisata
muslim bertanya-tanya seperti itu. Maklum, Jepang lebih identik dengan
agama Shinto-nya.
Menurut catatan sejarah, pendirian masjid ini tidak terlepas dari
kedatangan para pedagang Muslim yang berasal dari wilayah India dan
Timur Tengah ke kota Kobe seabad yang lalu. Jumlah para pedagang Muslim
yang tinggal di Kobe pada awal tahun 1900-an masih terbilang sedikit.
Mereka biasa melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan di rumah-rumah
atau aula hotel. Pada tahun 1920-an, jumlah komunitas muslim di Kobe
kian tahun kian meningkat. Akhirnya, mereka segera memutuskan untuk
membangun Masjid Kobe.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa perancang Masjid Muslim Kobe adalah
seorang arsitek asal Ceko bernama Jan Josef Svagr. Arsitek inilah yang
telah merancang banyak bangunan bergaya Barat di Jepang. Svagr merancang
masjid ini dengan gaya Turki tradisional.
Jika sedang berada di sana, Anda akan melihat struktur bangunan tinggi
dengan kubah utamanya yang besar. Itulah gaya khas Turki tradisional.
Namun, bentuk jendelanya yang meruncing mengingatkan kita pada bentuk
jendela yang terdapat di masjid-masjid bergaya India atau Persia.
Sementara dua buah menara kembar yang mengapit pintu utama masjid dan
kubah utama tunggalnya mengingatkan kita pada Masjid Sunitskaia di
Vladikavkaz, Rusia.
Keistimewaan Masjid Kobe
Nah, sahabat wisata muslim perlu tahu cerita yang satu ini. Konon ceritanya, Masjid Kobe
ini pernah menjadi korban keganasan perang dunia II. Akibat dari
serangan itu, kota Kobe bisa dibilang rata dengan tanah. Sebagian besar
bangunan luluh-lantak. Tapi Subhanalloh, keajaiban terjadi. Masjid Kobe
tetap berdiri tegak. Masjid ini hanya mengalami keretakan pada dinding
luar dan semua kaca jendelanya pecah. Bagian luar masjid menjadi agak
hitam karena asap serangan bom.
Pemerintah Arab Saudi dan Kuwait menyumbang dana renovasi dalam jumlah
yang besar. Kaca-kaca jendela yang pecah diganti dengan kaca-kaca
jendela baru yang didatangkan langsung dari Jerman. Sebuah lampu hias
baru yang indah digantungkan di tengah ruang shalat utama sehingga
membuat megah Masjid Kobe ini. Sistem pengatur suhu ruangan lalu
dipasang untuk membuat nyaman bagi para jamaah masjid. Umat Islam
kembali menikmati kegiatan-kegiatan keagamaan mereka di Masjid Kobe.
Donasinya bahkan bisa membuat Masjid Kobe menjadi semakin berkembang
pesat. Pada 1992 Masjid Kobe memiliki fasilitas pusat Islam berupa
bangunan kelas, ruang resepsi, perpustakaan, kantor, dan bangunan
apartemen.
Ketahanan Masjid Kobe diuji lagi pada 17 Januari 1995. Kali ini dengan
gempa berkekuatan 7,2 skala Richter yang dinamakan Gempa Hanshin-Awaji.
Walaupun kota Kobe saat itu hancur berantakan, tetapi masjid Kobe tetap
berdiri kokoh di antara puing-puing bangunan di sekitarnya. Pemandangan
luar biasa ini membuat Masjid Kobe menjadi sorotan penting dalam
pemberitaan di media massa. Tidak heran jika masjid ini menjadi tempat
penyelamatan bagi para korban gempa dan sekali lagi menjadi tempat
pengungsian warga Kobe.
Untuk kedua kalinya, Allah Azza Wajalla menunjukkan kekuasaan dan juga
rahmat-Nya di bumi Kobe. Sungguh ajaib menyaksikan bangunan masjid yang
berusia hampir tujuh dekade ini masih terpancang indah manakala bangunan
modern lain yang baru berusia satu dekade runtuh menyembah bumi. Itulah
kekuasaan Allah SWT terhadap rumah-Nya dari berbagai bencana dan
kerusakan. Subhanallah.
Aktivitas di Masjid Kobe
Selain sebagai tempat pelaksanaan shalat dan pembelajaran Islam, banyak
sekali kegiatan keagamaan lainnya dilakukan di Masjid Kobe ini. Pada
bulan Ramadan contohnya, acara berbuka puasa bersama (ifthar jama’i) dan
beberapa perayaan selalu dilakukan di basement masjid. Berbagai jenis
makanan dan minuman dari berbagai negeri selalu dihidangkan sebagai menu
berbuka puasa. Seluruh bagian masjid selalu penuh oleh jamaah ketika
shalat tarawih dilaksanakan. Begitu juga dengan pelaksanaan shalat Ied.
Masjid Kobe selalu menjadi pusat kegiatan keagamaan umat Islam yang
tinggal di Kobe pada saat itu.
Di samping masjid terdapat sebuah bangunan pusat Islam dan lapangan
parkir luas yang juga sering dipakai sebagai tempat shalat tambahan pada
waktu shalat Jumat atau shalat Ied. Selain itu, bagi sahabat wisata
muslim yang ingin mendapatkan makanan halal tidak perlu bingung lagi.
Hal ini disebabkan di sekitar masjid terdapat beberapa toko dan restoran
yang menjual makanan halal.
Seperti masjid lainnya, siapa pun dipersilakan untuk datang ke masjid
ini, hanya saja pengunjung harus berpakaian sopan, tidak mengeluarkan
suara keras ketika berada di dalam masjid, dan menjaga anak-anak supaya
tidak berlarian. Pada hari Sabtu dan Ahad, masjid ini menyelenggarakan
kelas pembelajaran Islam bagi anak-anak, wanita, dan pria. Masjid ini
juga melayani acara pernikahan, pemakaman, konferensi, dan bimbingan
haji.
Sejak 75 tahun yang lalu sampai saat ini, Masjid Kobe tetap menjadi
salah satu ikon terpenting yang mencerminkan sejarah dan keberadaan umat
Islam di Jepang.